Alamat Praktek

Alamat praktek:
Jl. D. P. Negara 49
Pagar Dewa, Bengkulu

Jumat, 31 Mei 2013

Mengapa bisa terjadi penyakit hepatitis B kronis (menahun)?

Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B. Ini adalah virus yang secara spesifik menyerang sel-sel hati, sehingga menyebabkan terjadinya peradangan hati (oleh karena itu disebut radang hati atau hepatitis). Penyakit hepatitis B umumnya bersifat akut (singkat, hanya berlangsung beberapa minggu atau bulan).  Namun, penyakit ini dalam keadaan tertentu juga bisa menjadi kronis atau menahun.
Mari membayangkan infeksi virus hepatitis B ini seperti serangan sekelompok pencuri ke sebuah kompleks apartemen yang mestinya dijaga ketat oleh satpam dan anjing penjaganya. Pencuri yang lihai dan tidak meninggalkan jejak dapat berhasil menghindari sergapan satpam dan anjingnya. Atau jika satpam dan anjingnya kurang siaga atau malas, pencuri biasa pun bisa dengan mudah masuk ke dalam kompleks apartemen.
Virus hepatitis B menyusup masuk ke dalam liver kita seperti sekelompok pencuri yang lihai menyusup ke dalam kompleks apartemen yang berpenjagaan ketat. Sel-sel limfosit seperti satpam yang bertugas menjaga apartemen bersama antibodi yang merupakan anjing penjaga untuk mengendus jejak si pencuri. Jika pencurinya lihai, dia akan bisa lolos dari sergapan satpam dan anjing penjaganya. Atau jika satpamnya malas, pencuri juga bisa seenaknya membongkar kamar apartemen.
Itulah yang umumnya terjadi pada infeksi hepatitis B kronis, entah virus hepatitis B-nya yang begitu lihai atau sel-sel limfositnya yang malas atau lemah.
Maka, bagaimana mengobatinya? Satpam apartemen bisa dilatih supaya kuat, sel limfosit bisa diperkuat dengan diberi suplemen yang disebut interferon. Bayangkan Popeye yang menjadi kuat sehabis makan bayam dan sanggup menghajar Brutus. Penderita hepatitis B yang mendapatkan suntikan interferon, maka sel limfositnya akan menjadi lebih banyak dan lebih kuat sehingga lebih sanggup menangkapi para pencuri.
Cara lain adalah dengan memberikan obat antivirus. Ini mirip seperti perangkap anti maling yang akan menjebak pencuri sehingga mereka tidak berkutik dan gampang ditangkap. Obat antivirus yang tepat bisa mengganggu proses replikasi virus sehingga mereka bisa dibersihkan dari tubuh.  

Sabtu, 27 April 2013

Mana yang lebih penting, tekanan sistolik atau tekanan diastolik?


Pertanyaan ini timbul karena ada pendapat umum yang mengatakan bahwa peningkatan tekanan diastolik lebih berbahaya daripada peningkatan tekanan sistolik. Atau ada yang mengatakan bahwa peningkatan tekanan sistolik pada usia tua adalah normal. Karena itu kadang-kadang kita mendengar percakapan semacam ini di tempat pelayanan kesehatan.
“Berapa tekanan darah saya, Bu?”
“Tekanan darah Bapak 150/90. Tetapi ini tidak apa-apa, karena usia Bapak sudah di atas 60 tahun.”

Jadi, pendapat mana yang benar? Mari kita pelajari faktanya.

Sebenarnya, resiko untuk menderita penyakit jantung dan stroke terus meningkat sejalan dengan peningkatan tekanan darah di atas 115/75 mmHg. Jadi, tidak soal mana yang naik, apakah itu tekanan sistolik ataukah tekanan diastolik, peningkatan tekanan darah berbahaya.
Sekarang pertanyaannya adalah: mengapa ada perbedaan pola peningkatan tekanan darah seperti itu? Ada orang-orang yang cenderung meningkat tekanan sistolik dan diastoliknya, dan ada juga orang-orang yang hanya mengalami peningkatan tekanan sistolik, sedangkan tekanan diastoliknya tetap atau malah menurun?

Pada orang-orang di bawah usia 50 tahun, bila mereka menderita hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), umumnya tekanan sistolik dan diastoliknya akan naik bersama-sama. Ini menunjukkan bahwa yang bertanggung jawab terhadap naiknya tekanan darah adalah meningkatnya tahanan pada pembuluh-pembuluh darah kecil di seluruh tubuh. Sebaliknya, pada orang-orang di atas usia 50 tahun, jika mereka mengalami hipertensi, umumnya yang naik hanyalah tekanan sistolik saja. Oleh karena itu ada istilah isolated systolic hypertension (hipertensi sistolik terisolir). Mengapa ini bisa terjadi? Pada orang-orang tua, pembuluh darah besar yang berfungsi menghantarkan aliran darah dari jantung ke seluruh tubuh menjadi lebih kaku, padahal mestinya elastis. Kekakuan pembuluh darah besar inilah yang meningkatkan tekanan sistolik.

Apakah hipertensi sistolik terisolir ini berbahaya? Besarnya tekanan sistolik sebetulnya meningkatkan beban kerja jantung. Karena beban kerja jantung meningkat, maka jantung membutuhkan suplai darah lebih banyak. Namun, dalam hipertensi sistolik terisolir, tekanan diastolik tetap atau malah menurun. Padahal tekanan diastolik ini dibutuhkan untuk mengirim suplai darah ke jantung.  Paduan kedua hal ini mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke jantung. Maka dari itu, orang yang mengidap penyakit hipertensi sistolik terisolasi mempunyai resiko 2 kali lipat lebih besar untuk terkena penyakit jantung koroner daripada orang-orang dengan hipertensi biasa.
Jadi, mana yg lebih penting atau lebih bahaya? Sebenarnya hipertensi, jenis yang manapun, berbahaya. Oleh karena itu JNC 7 (komisi gabungan yang mengurusi masalah hipertensi dan pengobatannya) tidak lagi membedakan hipertensi sistolik terisolir sebagai suatu penyakit tersendiri. Hipertensi jenis apapun perlu ditangani.



Rabu, 17 April 2013

Bagaimana cara membaca tekanan darah kita?

Saat kita datang ke dokter, setelah selesai sang dokter mewawancarai kita, biasanya dokter akan mengukur tekanan darah kita dengan melingkarkan bagian alat pengukur tekanan darah yang disebut manset ke lengan bagian atas. Kemudian setelah selesai pengukuran, dengan ekspresi datar, sang dokter akan mengatakan, “120/80. Tekanan darah Anda normal.” Pada pasien yang lain, sang dokter mungkin mengatakan, “180/100. Anda mengidap tekanan darah tinggi. Anda harus minum obat.”
120/80, 180/100, apa maksudnya angka-angka ini? Bagaimana dengan Anda? Berapa angka tekanan darah Anda?

Tekanan darah seseorang dibagi ke dalam 2 komponen. Yaitu tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Sederhananya, jika tekanan darah Anda sebesar 120/80, maka itu berarti tekanan sistolik Anda 120 mmHg (mmHg (dibaca milimeter raksa) adalah satuan tekanan yang dipakai untuk tekanan darah) dan tekanan diastolik Anda 80 mmHg.  Jika tekanan darah seseorang 180/100. Itu berarti tekanan sistoliknya 180 mmHg dan tekanan diastoliknya 100 mmHg.

Apa yang dimaksud dengan tekanan sistolik dan tekanan diastolik ini? Tekanan sistolik adalah tekanan darah yang terukur saat jantung memompa darah keluar dari jantung (jantung kontraksi). Tekanan ini menunjukkan kekuatan jantung. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan darah yang terukur saat jantung sedang tidak memompa darah keluar jantung (sedang relaksasi). Tekanan diastolik ini menunjukkan tahanan yang dibentuk oleh pembuluh darah di dalam tubuh. Maka, tekanan sistolik selalu lebih tinggi daripada tekanan diastolik. Umumnya selisih antara tekanan sistolik dengan diastolik lebih dari 20 mmHg.

Seseorang dapat dinyatakan darah tinggi jika tekanan darahnya 140/90 mmHg. Itu berarti tekanan darah sistoliknya 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastoliknya 90 mmHg. Jadi, berapa tekanan darah Anda?

Senin, 15 April 2013

Apakah meminum kopi bisa meningkatkan tekanan darah?


Jawabannya adalah ya. Kopi bisa meningkatkan tekanan darah. Kalau begitu apakah kopi berbahaya? Jawabannya belum tentu. Mengapa demikian?

Kafein dalam kopi bermanfaat sebagai stimulan. Efek utama kafein terhadap sistem saraf pusat (otak) adalah meningkatkan keawasan (bagi orang awam: menghilangkan kantuk), sedangkan efek lainnya adalah meningkatkan detak jantung dan mengecilkan diameter pembuluh darah. Detak jantung yang meningkat dan mengecilnya diameter pembuluh darah  menyebabkan naiknya tekanan darah.

Namun, kafein dalam kopi hanya memiliki masa kerja yang singkat. Tubuh kita juga dapat mentoleransi kafein dalam kopi jika kita mengkonsumsi kopi secara teratur dalam jangka panjang (lebih dari 2 minggu). Itu berarti efek kerja kafein hanya berlangsung sementara dan tidak permanen. Biasanya efek peningkatan tekanan darah akibat kafein hanya dapat diamati dalam waktu 1 – 3 jam setelah minum kopi. Dan kalau kita minum kopi secara rutin, lama-lama efek peningkatan tekanan darah ini akan hilang dengan sendirinya. Penelitian lain membuktikan bahwa peningkatan tekanan darah ini hanya diamati pada orang-orang dengan penyakit hipertensi. Sedangkan pada orang sehat, tidak didapatkan peningkatan tekanan darah yang bermakna setelah minum kopi.

Lebih jauh lagi, sensitifitas orang-orang terhadap kafein berbeda-beda. Ada orang yang sangat sensitif terhadap kafein, dan ada yang tidak. Misalnya, ada orang yang setelah minum kopi tidak bisa tidur semalaman, tapi ada juga orang-orang yang setelah minum 1 cangkir kopi tubruk tetap bisa tidur lelap sampai pagi. Perbedaan sensitifitas ini juga dapat diamati pada efek peningkatan tekanan darah oleh kafein. Jadi, ada orang yang tekanan darahnya meningkat setelah minum kopi, ada juga yang tidak.

Bagaimana kita mengetahui sensitifitas kita terhadap efek kafein yang meningkatkan tekanan darah? Caranya mudah. Ukurlah tekanan darah Anda sebelum minum kopi. Lalu minumlah 1 cangkir kopi seperti yang biasa Anda minum. Kemudian ukurlah tekanan darah Anda 30 menit – 1 jam setelah Anda minum kopi. Jika ada peningkatan tekanan darah lebih dari 10 mmHg menunjukkan bahwa Anda sensitif terhadap kafein dalam kopi. Tapi ingat, tekanan darah juga bisa dipengaruhi oleh berat ringannya aktivitas kita. Maka, duduk santailah 5 menit sebelum tekanan darah Anda diukur. Dengan demikian, Anda bisa benar-benar tahu bahwa peningkatan darah yang terjadi memang karena efek kafein.

Namun, kopi juga memiliki manfaat kesehatan. Dalam jumlah yang tidak berlebihan, kopi bisa turut mencegah terjadinya stroke dan penyait jantung koroner. Selain mengandung kafein, kopi juga mengandung polifenol. Polifenol dalam kopi bisa menurunkan jumlah keping darah yang teraktivasi dalam darah. Keping darah yang teraktivasi, jika jumlahnya banyak, bisa menimbulkan sumbatan. Jika sumbatan ini terjadi pada pembuluh darah jantung terjadilah penyakit jantung koroner. Jika terjadi pada pembuluh darah otak, terjadilah stroke tipe sumbatan. Selain itu, polifenol dalam kopi bisa menurunkan kadar CRP dalam darah. Naiknya kadar CRP dalam darah adalah faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner. Jadi, jika kadar CRP turun, itu berarti resiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner juga semakin menurun.

Jadi, apa yang bisa kita simpulkan? Jika Anda bukan seorang penderita darah tinggi, tidak memiliki penyakit lambung, tidak sensitif terhadap efek kopi, minumlah kopi dengan bersahaja. 1 – 2 cangkir sehari dapat bermanfaat sekaligus menyegarkan hari Anda. Sebaiknya jangan meminum lebih dari 5 cangkir kopi dalam sehari. Dan sebaiknya jangan minum kopi sebelum aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan darah Anda, misalnya minum kopi sebelum berolahraga.
Bagaimana jika Anda penderita darah tinggi tetapi Anda adalah seorang penikmat kopi? Perlukah Anda berhenti minum kopi? Itu bergantung dari nilai tekanan darah Anda dan keinginan Anda sendiri. Jika tekanan darah Anda cukup tinggi ( 160/100 mmHg), berhentilah minum kopi. Jika tidak, cobalah uji seberapa sensitif Anda terhadap efek kopi. Jika Anda tidak sensitif, minumlah kopi dalam jumlah yang bersahaja. Dan jangan lupa, konsumsilah obat tekanan darah tinggi. Ingatlah tekanan darah tinggi yang tidak terkendali dapat merusak berbagai organ tubuh Anda. Sebagai pengingat terakhir, jika Anda meminum kopi, minumlah air putih dalam jumlah yang cukup. Karena meminum kopi tidak akan bisa memenuhi kebutuhan cairan harian Anda.